Kamis, 10 Mei 2012

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


BAB I
PENDAHULUAN
      1.1  Latar Belakang
Para petani kita sejak dulu dan semasa pemerintahan belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik kwalitas maupun kuantitas. Mereka sangat berhati-hati dalam memilih benih yang akan digunakan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil panen, seperti pemilihan hasil ( selection) untuk benih padi, kacang-kacangan dll. Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka sisihkan, dirawat, dan disimpan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan beabad-abad lamanya.
Namun seiring berkembangnya zaman, kini diindonesia sudah dilaksanakan suatu pola produksi benih yang lebih terarah sehingga petani dapat lebih yakin untuk meningkatkan produktivitas dengan benih yang unggul dan lebih sejahtera.
Dalam pembuatan benih tidak sedikit dan tidak semudah apa yang kita pikirkan, dalam pembuatan benih sangatlah rumit dengan tahapan-tahapan yang sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Ada pun kegiatan dalam pembuatan benih yang memiliki sertifikat yaitu : pengamatan viabilitas, vigor, kemurniat benih dan masih banyak uji-uji yang dilakukan untuk mendapatkan benih unggul.
1.2  Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum produksi benih mahasiswa diharapkan mengerti dan mampu untuk :
      ·         Mengetahui struktur dari biji
·         Mengetahui tipe perkecambahan
·         Melakukan uji perkecambahan baku
·         Melakukan Index Value Test
·         Melakukan uji laju pertumbuhan kecambah
·         Pengujian kadar air benih
·         Menentukan kemurnian benih
·         Melakukan uji tetrazolium







BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1          Struktur Biji
Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara Angiospermae, Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari biji. Fabaceae menempati tempat kedua dalam kepentingan itu. Selain untuk pangan, biji menjadi sumber minuman (misalnya kopi, coklat dan bir), obat, serat (kapas) dan minyak yang digunakan dalam industri.
Apabila dikaitkan dengan tujuan pemanfaatannya, biji mempunyai dua pengertian, yaitu biji dan benih. Biji dapat digunakan untuk bahan pangan, pakan hewan (ternak) atau bahan untuk ditanam selanjutnya. Sedangkan benih adalah biji terpilih yang hanya digunakan untuk penanaman selanjutnya dalam rangka untuk mengembangbiakan tanaman atau memproduksi biji baru.
Ukuran biji tanaman bervariasi tergantung pada jenisnya. Jangka umur benih bervariasi, bisa antara satu minggu sampai jutaan tahun. Biji tanaman hortikultura ada yang mempunyai jangkauan umur benih berkisar antara 1 hingga 4 musim tanam atau 3 hingga 12 bulan, sehingga dalam penyimpanannya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar viabilitas benih tetap tinggi.
Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tempat dimana cadangan makanan tersebut akan di simpan. Biji adalah perkembangan lebih lanjut dan ovum yang dibuahi. Derajat dari macam-macam variasi komponen dalam perkembangan biji bisa sama atau tidak, semua tergantung dengan beberapa struktur dasar yang berbeda untuk masing-masing tipe biji. Variasi dalam ukuran, ada atau tidaknya endosperm, warna dan testa dan jumlah klorofil pada biji dapat dijumpai pada beberapa spesies. Namun faktor-faktor yang menyebabkan variasi tersebut dari biji belum diketahui dengan baik.
Menurut  Sri wahyuni, Dkk (2002) Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan, tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya penyatuan, yaitu inti sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan membelah-belah menghasilkan jaringan endosperm. Proses yang melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan) tersebut dinamakan pembuahan ganda. Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu: embrio dan endosperm yang  dihasilkan dari pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termsuk kedua integumentnya.
Embrio adalah sporofit muda yang tidak segera melanjutkan pertumbuhannya, melainkan memasuki masa istirahat (dorman). Saat biji biasanya tahan stress yaitu tahan terhadap kekurangan air, panas atau dingin yang berlebihan, penekanan dan serangan kimiawi. Embrio senantiasa diiringi oleh cadangan makanan baik organik maupun anorganik yang berada di sekeliling embrio atau di dalam jaringannya sendiri.
Kulit biji atau testa bersifat tahan atau kadang-kadang memiliki permukaan yang memudahkan penyebarannya oleh angin. Biji mampu bertahan dalam lingkungan yang keras. Oleh karena itu, suatu spesies dapat bertahan dalam iklim miskin (kurang menguntungkan pertumbuhan) dengan memiliki daur pertumbuhan yang sesuai dengan masa musim yang menguntungkan atau optimal. Daur pertumbuhan itu diikuti oleh mekanisme pertahanan dalam fase biji jika lingkungan terlalu keras. Selain toleransi terhadap strees seperti itu, biji juga merupakan alat untuk bergerak melalui lingkungan atau berpindah tempat. Setelah mencapai tempat yang cocok, biji menyerap air dan sporofit muda didalamnya dapat segera tumbuh, didukung oleh makanan cadangan yang ada padanya.
Cadangan makanan dalam biji menunjang sporofit muda yang muncul dari biji yang berkecambah sampai mampu berfotosintesi. Sebab itu, penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satu fungsi utama biji. Penyimpanan makanan dilakukan terutama diluar embrio, yaitu dalam endosperm atau perisperm. Endosperm dibentuk oleh hasil pembelahan penyatuan inti sel jantan dengan inti sel sentral. Perisperm adalah jaringan nucleus yang menyimpan cadangan makanan. Namun, di banyak tumbuhan dikotil kedua jaringan tersebut hidup singkat saja dan makanan diserap oleh embrio yang sedang berkembang sebelum biji memasuki masa istirahat. Dalam hal itu makanan disimpan dalam tubuh embrio yaitu dalam keping bijinya.


2.2          Tipe perkecambahan
DEFINISI TIPE PERKECAMBAHAN
  • Permulaan kehidupan tumbuhan. Terjadi karena pertumbuhan radikal (calon akar) dan planula (calon batang).(Anonymous, 2010)
  • Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat dalam biji.(Tjitrosoepomo, 1985)
  • The beginning of an active growth by the seed embryo, resulting the seed coat and emergence of  the new plant.
Buah dari pertumbuhan aktif oleh embrio benih, menghasilkan pecahnya mantel atau pelindung biji dan munculnya tanaman baru.(Anonymous, 2010)

Perkecambahan biji dapat dibekan menjadi 2, yaitu :
  • Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus).

  • Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Pratiwi, 2006).


2.3          Viabilitas benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan .
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase  perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002). 


2.4          Vigor benih
Menurut Endang, dkk (1999)Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
  1. Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah  dan pertumbuhan kecambah.
  2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
  3. Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.

Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
  1. Vigor benih
  2. Vigor kecambah
  3. Vigor bibit
  4. Vigor tanaman
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
  1. Tahan disimpan lama
  2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
  3. Cepat dan pertumbuhannya merata
  4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal
Rendahnya vigor dapat disebabkan:
  1. Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3. Morfologis
Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5. Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan
6. Mikrobia

Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
  1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
  2. Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
  3. Kecepatan berkecambah benih menurun
  4. Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
  5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
  6. Rendahnya produksi tanaman
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan kecambah (anonym, 2009)


2.5          Sertifikasi benih
Sertifikasi benih dilakukan oleh BPSP/PVT. Adapun dalam melakukan sertifikasi benih, semua persyaratan mengenai areal sertifikasi, prosedur sertifikasi, dan pemeriksaan lapangan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Menteri Pertanian RI, 2006). Dalam sertifikasi benih terdapat prinsip sertifikasi dan standarisasi benih, dan uji BUSS.  Hal ini dilakukan menjamin mutu benih.

Prinsip-prinsip Sertifikasi Benih 
Tujuan sertifikasi benih adalah untuk melindungi keaslian (keontentikan dan kemurnian varietas selama proses produksi dan pemasaran, agar potensi genetik dapat sampai secara utuh kepada penggunanya.
            Secara ringkas prinsip-prinsip sertifikasi benih adalah (ISTA 1971) :
    a)    Penerimaan varietas ke dalam skim sertifikasi. Hanya varietas yang  resmi telah dilepas yang dapat dimasukan ke dalam skim. Persyaratan unik, seragam dan mantap perlu ditetapkan untuk memungkinkan para petugas dapat mengindentifikasi secara objektif.b)     Penentuan kelas-kelas benih. Dua kelas benih yaitu : (1) benih penjenis yang diproduksi dibawah tanggung jawab pemulia; dan (2) benih bersertifikat generasi pertama dan generasi selanjutnya yang merupakan keturunan dari Benih Penjenis.c) Pengendalian mutu dalam proses produksi Benih Penjenis dan Benih Bersertifikat. Persyaratan di bawah ini menjadi pertimbangan dalam pengendalian produksi :·         Pertanaman sebelumnya·         Isolasi tanaman·         Penyakit terbawa benih·         Gulma·         Inspeksi lapangan·         Standar minimum untuk kemurnian varietas·         Pengambilan contoh dan pengemasan·         Pengujian laboratorium secara resmi untuk kemurnian fisik dan daya kecambah.d)     Pemberian sertifikat dan pemasangan label.e)      Pelabelan ulang (relabelling) dan resealing di negara lain (untuk benih ekspor /impor).f)       Koordinasi di antara lembaga yang berwenang.








BAB III
BAHAN  DAN PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 waktu dan tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada waktu minggu ke 4 (empat) perkuliahan hingga minggu ke 11 dan bertempat di laboratorium ekofisiologi fakultas pertanian universitas riau kampus binawidya Km 12.5 simpang baru panam pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat
   3.2.1 struktur biji
     a.    Bahan praktikum
-Buah tomat-Buah kedondong-Buah mentimun
b.    Alat praktikum
-pisau-alat tulis-buku gambar

3.2.2 Tipe Perkecambahana.    Bahan praktikum
-Benih jagung-Benih kedelai
b.    Alat praktikum
-Seedbed-alat tulis-buku gambar
3.2.3 Uji perkecambahan baku (viabilitas benih)a.    Bahan praktikum
-Benih jagung-kertas stensil-Aquadestilate
b.    Alat praktikum
-Germinator gelap
3.2.4 Index Value Test (vigor benih)a.    Bahan praktikum
-Benih jagung-kertas stensil-Aquadestilate
b.    Alat praktikum
-Germinator gelap

3.2.5 Uji laju pertumbuhan kecambah (vigor benih)a. Bahan praktikum-Benih jagung-kertas stensil-amplop ukuran 10 X 15 cm
b. Bahan praktikum-oven-timbangan analistis-mistar-cutter-kaleng



3.2.6 Pengujian kadar air benih (sertifikasi benih)a. Bahan praktikum-biji jagung-amplop kecil
b. Alat praktikum-oven-timbangan analitis-excikator-cawan timbang

3.2.7 kemurnian benih (sertifikasi benih)a.    Bahan praktikum
-benih tanaman yang telahdiproses setelah panen-amplop kecil
b.    Alat praktikum
-pinset-timbangan analitis-cawan timbang

3.2.8 Uji tetrazolium (sertifikasi benih)a.    Bahan praktikum
-benih jagung-larutan tetrazolium 1%-aquadestilate
b.    Alat praktikum
-oven-beakerglass 100 ml-pisau cutter-timbangan analitis



                                                  
3.3 prosedur praktikum

3.3.1 Struktur Biji

Prosedur praktikum
-iris secara horizontal buah tomat dan untuk buah tomat yang kedua iris secara vertical.
-kemudian amati dan gambar buah tersebut dalam keadaan utuh, irisan horizontal dan irisan vertical.
-lakukan hal yang sama dengan buah kedondong dan mentimun.

3.3.2 Tipe Perkecambahan

Prosedur praktikum
-isi campuran media tanam kedalam seedbed sebanyak ¾ bahagian tinggi.
-tanam masing-masing benih kedalam seedbed dengan kedalaman 3cm.
-lakukan penyiraman secukupnya.
-lakukan pengamatan pada hari ketujuh kemudian gambar pada buku gambar.

3.3.3 Uji perkecambahan baku (viabilitas benih)

Prosedur praktikum
-basahi 2 lembar kertas stensil untuk meletakan benih yang akan di uji.
-susun biji dalam 5 baris yang setiap barisnya 10 benih dengan jarak yang sama.
-tutup biji dengan selembar kertas stensil yang telah dibasahi.
-beri lipatan setiap pinggir kertas kira-kira 1.5 cm kea rah dalam.
-gulung kertas yang berisi benih tadi menjadi 4 bagian.
-Buatlah masing-masing 2 ulangan.
-letakan gulungan kertas kedalam germinator  secara mendatar.
-pada hari ketiga gulungan dibuka, dan pisahkan benih yang berkecambah dan yang belum berkecambah.
-tutup dan gulung kertas seperti semula dan letakan kembali kedalam germinator.
-lakukan kembali pengamatan pada setiap 2 hari sekali sampai hari ke 7.

3.3.4 Index value test (vigor benih)

Prosedur praktikum
-basahi 2 lembar kertas stensil untuk meletakan benih yang akan di uji.
-susun biji dalam 5 baris yang setiap barisnya 10 benih dengan jarak yang sama.
-tutup biji dengan selembar kertas stensil yang telah dibasahi.
-beri lipatan setiap pinggir kertas kira-kira 1.5 cm kea rah dalam.
-gulung kertas yang berisi benih tadi menjadi 4 bagian.
-Buatlah masing-masing 2 ulangan.
-letakan gulungan kertas kedalam germinator  secara mendatar.
-pada hari ketiga gulungan dibuka, dan pisahkan benih yang berkecambah dan yang belum berkecambah.
-tutup dan gulung kertas seperti semula dan letakan kembali kedalam germinator.
-lakukan kembali pengamatan pada setiap 2 hari sekali sampai hari ke 7.

3.3.5 Uji laju pertumbuhan kecambah (vigor benih)

Prosedur praktikum
-lipat kertas menjadi 2 bagian yang tidak sama
-basahi kertas stensil
-susun biji dengan jarak yang sama sejumlah 15 biji
-tutup dengan kertas stensil yang sudah dibasahi
-gulung menjadi 4 bagian. Letakan pada germinator secara vertical
-pada hari ke 7 lakukan pengamatan
-pisahkan akar dan plumule dengan pisau cutter dan masukan pada amplop yang berbeda dan timbang berat basah akar dan plumule
-masukan kedalam oven semama 24jam dengan suhu 850
-timbang berat kering akar dan catat kedalam table pengamatan
3.3.6 Pengukuran kadar air benih (sertifikasi benih)
Prosedur praktikum
-ambil secaraa random benih dari satu kantong penyimpanan.
-timbang biji yang diambil dan dinyatakan sebagai berat basah.
-masukan biji kedalam amplop setelah ditimbang.
-masukan amplop yang berisi biji tadi kedalam oven dengan suhu 700 C selama 48 jam.
-masukan kedalam excikator selama 30 menit agar stabil beratnya.
-timbang berat kering biji dengan timbangan analitis.

3.3.7 Kemurnian Benih (sertifikasi benih)


Prosedur praktikum
-ambil secaraa random benih dari satu kantong penyimpanan.
-pisahkan komponen benih murni, benih tanaman lain, benih rerumputan, dan kotoran lainnya.
-timbang bobot masing-masing komponen.
-jumlahkan berat seluruh komponen untuk mendapatkan berat total.

3.3.8  Uji tetrazolium (sertifikasi benih)


Prosedur praktikum
Persiapan larutan TZ
-timbang TZ sebanyak 500 mg
-siapkan beakerglass yang berisi 500ml air aquadestilate
-masukan TZ yang sudah ditimbang dan aduk secara perlahan.
Penyiapan benih
-lembabkan benih pada media kertas selama 12 jam.
-kemudian benih dipotong memanjang mengenai embryo nya.
Pelaksanaan pewarnaan dan pengamatan
-100 biji yang sudah lembab ditutup dengan kertas dan masukan ke dalam wadah pewarnaan.
-masukan TZ 1% secukupnya.
-masukan wadah tersebut selama 2jam.
Keluarkan wadah dan basuh dengan aquadestilate beberapa kali.



















BAB III
Hasil dan Pembahasan
4.1        Hasil


4.1.1      Daya Kecambah (Viabilitas) Benih

      Tabel 4.1.3.a. Hasil pengamatan praktikum Standard germinator test (SGT) ulangan pertama
SGT U1*
Jumlah benih hidup hari ke-
Jumlah benih mati hari ke-
Kecabah abnormal
Nilai UHT 1
Nilai UKB 2
3
5
7
3
5
7

0

64,67 %

96,67 %
48
49
48
2
1
2
    
      Tabel 4.1.3.b. Hasil pengamatan praktikum Standard germinator test (SGT) ulangan kedua
SGT U2*
Jumlah benih hidup hari ke-
Jumlah benih mati hari ke-
Kecabah abnormal
Nilai UHT 1
Nilai UKB 2
3
5
7
3
5
7

0

63,34 %

95, 34 %
47
48
48
3
2
2

     Keterangan:           *  SGT U1  = Standard germinator test ulangan pertama
                                    ** SGT U2 = Standard germinator test ulangan kedua
                                    1 UHT      = Uji hitung pertama
                                    2UKB      = Uji kecambah baku






4.1.2      Kekuatan  Kecambah (Vigor) Benih
4.1.2.1  Indeks Value Text (IVT)
Tabel 4.1.2.1. Hasil pengamatan praktikum indeks value text (IVT)
Hari ke-
IVT U1*
IVT U2**
Rata-rata
2
48
44
46
3
48
44
46
4
48
45
46,5
5
48
45
46,5
6
48
45
46,5
7
48
45
46,5
Nilai IVT
117.6
108.75
113.175

Keterangan:    *  IVT U1  = Indeks value text ulangan pertama
                        ** IVT U2 = Indeks value test ulangan kedua

4.1.2.2  Uji Laju Pertumbuhan (Seed Growth Text)
         Tabel 4.1.2.2. Hasil pengamatan praktikum RSGT
RSGT U1
No.
Panjang akar
Panjang plumule
Berat basah kecambah
(gr)
Berat kering kecambah
(gr)
1
14
11

10,27

2,71
2
12,6
11,5
3
13,8
15,6
4
14
9,5
5
9
6
6
12
11,8
7
12,6
15,5
8
12,5
8,5
9
13,4
13
10
12,5
7,5
11
5,8
0.5



RSGT U2
No.
Panjang akar
Panjang plumule
Berat basah kecambah
(gr)
Berat kering kecambah
(gr)
1
15
7,5

12,54

3,45
2
16
11,5
3
13
5,5
4
11
6,7
5
14
3
6
10,5
4,5
7
14,5
4,3
8
12,5
6
9
13,5
9,5
10
6
5,5
11
11,7
6,5
12
13,6
9
13
16,2
10
14
11,5
6,5


4.3.1         Kemurnian Benih
  Tabel 4.1.5. Hasil pengamtan praktikum kemurnian benih
No.
Komponen
Berat (gr)
Persen Komponen (%)
1
Benih murni
32,34
91,54
2
Benih tanaman lain
2,45
6,93
3
Rerumputan
0,04
0,11
4
Kotoran Benih
0,50
1.42
Total
35,33
100

4.3.2      Uji Tetrazolium
        Tabel 4.1.6. Hasil pengamtan praktikum uji tetrazolium
Jumlah biji yang dikecambahkan
Jumlah embryo berwarna merah
Jumlah embryo tidak berwarna
50
36
13
Viabilitas
72,00%






4.4        Pembahasan

4.4.1      Daya Kecambah (Viabilitas) Benih
Pada data yang kami peroleh diketahui bahwa benih memiliki UHT dan UKB yang cukup tinggi, hal ini bisa disebabkan karena benih memiliki mutu yang baik dan tumbuh optimal. Perkecambahan yang optimal dapat disebakan 2 faktor yaitu internal dan eksternal, factor internalnya antara lain faktok genetic benih itu sendiri, sedangkan factor eksternalnya yaitu kecukupan air cahaya dan suhu. Factor eksternal yang optimal dapat menyebabkan perkecambahan dapat optimal pula.

4.4.2      Uji Laju Pertumbuhan Kecambah
Pada uji laju pertumbuhan kecambah didapatkan data setelah 7 hari perkecambahan diperoleh rata-rata panjang plumula sekitar 12,387 cm sedangkan rata-rata panjang akar sekitar 8,446 cm sehingga didapat rasio perbandingan akar dan plumula ± 1 : 3

4.4.3      Kemurnian Benih
Pada data yang kami peroleh kemurnian benih juga sudah cukup tinggi yaitu 91,54%, namun benih tanaman lain persentasinya cukup tinggi pula, mencapai 6,93 %. Dalam kegiatan untuk sertifikasi benih agar benih dijamin kwalitasnya diharapkan persentase benih murni lebih ditingkatkan dan persentase yang lainnya dapat diminimalisir.
4.4.4      Uji Tetrazolium
Pada uji tetrazolium yang telah kami lakukan diperoleh persentase viabilitas 72%, hasil dari uji tetrazolium sudah lebih dari 50% , namun untuk diproduksi menjadi benih hasil yang dicapai masih tergolong rendah, karena menurut  Sadjad,S. (1974) Jika daya kecambah benih dibawah 80% maka benih tersebut tidak layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.













BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
      ·         Biji terdiri dari kulit biji, embryo dan endosperm.
·         Tipe perkecambahan biji dibagi menjadi 2 tipe yaitu : hypogeal dan epygeal.
·         Pengamatan viabilitas dan vigor bisa dilakukan dengan UKB, IVT, dan Uji laju pertumbuhan kecambah.
·         Kemurnian benih merupakan salah satu syarat benih untuk mendapatkan sertifikasi
·         Uji tetrazolium bisa menentukan viabilitas dan vigor dalam waktu yang singkat (2-3 jam).







4.2 Saran
      ·         Dalam melaksanakan praktikum produksi benih diperlukan ketelitian dan kedisiplinan.
·         Jika ingin menguji viabilitas dan vigor benih dalam  waktu singkat maka gunakanlah uji tetrazolium yang hanya memerlukan waktu 2-3 jam disbanding dengan UKB, IVT, dan seedling growth rate yang memerlukan waktu ± 7 hari.




DAFTAR PUSTAKA
Agro, Alul. 2009. Pertumbuhan Vegetatif. www.alulagro.blogspot.com/2009/04/pertumbuhan-veg. Diakses pada tanggal 1 mei 2012
Anonym. 2009. Vigor benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/10/vigor-benih.html. diakses pada tanggal 7 mei 2012
Kartasapoetra ance . 1986. Teknologi Benih. Press Rineka cipta. Jakarta
Lisa Navita. 2012. Sertifikasi benih. http://lissa-blogku.blogspot.com/2012/02/sertifikasi-benih.html. diakses paad tanggal 7 mei 2012
Murniati endang, Dkk. 1999. Parameter pengujian vigor benih dan komparatif ke simulative. Press grasindo.jakarta
Pratiwi. 2006. Biologi.Jakarta:Erlangga
Sadjad syamsoeoed. 1997. Membangun industry benih dalam era agribisnis indonesia. Press grasindo.jakarta
Sadjad syamsoeoed. 1994. Kualifikasi metabolism benih. Press grasindo.jakarta

Sadjad syamsoeoed.1993. dari benih kepada benih. Press grasindo.jakarta
Sutopo lita.2002. teknologi Benih. Press grafindo.jakarta
Wahyuni Sri, Dkk. 2002. Memproduksi benih bersertifikat. Press Penebar swdaya. Bogor







Tidak ada komentar:

Posting Komentar